Bagikan

Penggunaan Media Digital untuk Pembelajaran

Media digital kini sudah menjadi bagian dari pembelajaran. Hal yang penting dilihat adalah sumber media tersebut mesti kredibel, bukan abal-abal. Selain pemilihan platform, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kurikulum untuk mengajar. Tak hanya itu, kini lembaga pendidikan juga harus siap dalam penyiapan infrastruktur untuk mendukung proses pendidikan melalui media digital ini.

Jul 30, 2021
  • Dr. Arnidah S. Pd., M.Si.
  • Dosen Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Makassar

 

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia. Data yang dirilis We are Social Hootsuite menyebutkan bahwa tahun 2020 dari 274,9 juta penduduk, sebesar 345,3 juta orang melakukan koneksi telepon seluler, 202,6 juta pengguna internet, dan 170 juta pengguna media sosial aktif. Tingginya penggunaan internet ini bisa dimanfaatkan untuk banyak sektor, salah satunya sektor pendidikan. Banyaknya sumber informasi yang saling terhubung di media digital dapat menjadi sebuah lahan baru untuk tenaga pendidik maupun peserta didik untuk berkelana mendapatkan ilmu.

Pandemi Covid-19 ‘memaksa’ semua orang beradaptasi, termasuk dalam dunia pendidikan. Pembelajaran berubah, secara luring menjadi daring. Hal ini semakin meningkatkan durasi seseorang terpapar internet. Data Think with Google dalam Year in Search 2020 Indonesia menyebutkan, sepanjang tahun 2020 terjadi peningkatan sebesar 180% di mesin pencarian untuk kata “e-learning”, peningkatan 60% untuk pencarian kata “home schooling”, dan lonjakan 270% dalam penelusuran “google classroom”.

Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam situasi ini. Kominfo dalam paparannya tahun 2017 menyebutkan, ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu. Ditambah maraknya infodemi pada masa pandemi Covid-19 berdampak pada kebingungan masyarakat dalam menentukan mana informasi yang valid atau bukan.

Banjirnya informasi yang tidak kredibel ini tentu menjadi momok tersendiri dalam mengolah informasi yang didapat dari media digital untuk dijadikan bahan pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi siapa pun untuk cerdas dalam memilih dan memilah informasi terkait ilmu pengetahuan.

Keberlimpahan informasi dapat menimbulkan kekacauan informasi, seperti misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Tulisan ini mengajak pembaca untuk dapat memanfaatkan media digital sebagai salah satu sumber pembelajaran dan sebagai media untuk proses pembelajaran.

A. Media Digital sebagai Sumber Pembelajaran

Media digital terbagi dalam berbagai jenis, ada yang berupa situs di internet, media sosial, dan aplikasi dalam perangkat yang terkoneksi. Jenis media tersebut memiliki perbedaan secara fungsi, tampilan, dan informasi yang disajikan.

1. Belajar Melalui Situs Internet

Media digital berbentuk situs merupakan yang paling lumrah digunakan. Beberapa situs dikhususkan untuk memuat informasi-informasi seputar pendidikan seperti Academia, Wikipedia, dan lainnya. Dikutip dari Kumparan.com, terdapat delapan situs gratis yang dapat digunakan untuk belajar, yaitu:

 

Dilihat dari sisi konten, ada yang berupa video, artikel, jurnal penelitian, hingga konten berupa aplikasi. Terdapat pula situs yang memberikan layanan agar pengguna dapat bekerja sama secara virtual, yaitu Miro.

Ketika gunakan situs sebagai sumber pembelajaran, pastikan bahwa situs tersebut valid dan kredibel. Artikel berita dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran, t pastikan medianya merupakan anggota Dewan Pers. Selain itu, situs dapat berupa publikasi jurnal yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. Waspada dengan situs abal-abal, situs gratisan, dan situs yang memiliki banyak iklan.

2. Media Sosial Sumber Belajar?

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mengungkapkan, media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan, serta pertukaran user-generated content. Media sosial dikhususkan untuk menghubungkan banyak orang dengan personalisasi masing-masing.

Jenis media sosial sebagai berikut:

  • Jejaring Sosial, contoh: Facebook, Linkedin, Google+, dan sebagainya
  • Aplikasi Berbagi Gambar, contoh: Instagram, Flickr, Pinterest, Picassa, dan sebagainya
  • Blogging, contoh: Blogspot, WordPress, Tumblr dan sebagainya
  • Mirco-Blogging, conto: Twitter
  • Aplikasi Berbagi Video, contoh: YouTube, MeTube, Vimeo, dan sebagainya
  • Kolaborasi, contoh: Wikipedia, Google Drive, SlideShare, dan sebagainya

Media sosial biasanya menggunakan akun pribadi untuk mewakilkan setiap orang pada media tersebut. Media sosial umumnya memuat konten berupa tulisan, foto, dan video yang dibagikan langsung oleh penggunanya, baik itu personal maupun oleh korporat.

Setiap pemilik akun media sosial bebas membagikan apa saja. Akun yang sudah menjadi teman akan mendapatkan semua informasi yang dibagikan oleh akun lain tanpa adanya kurasi dan izin dari pemilik. Untuk akun yang privasinya publik, tanpa harus menjadi teman dengan akun tersebut, setiap orang dapat melihat apa pun yang diunggah.

Keunggulan dari media sosial adalah banyaknya orang yang terlibat di dalamnya. Hal ini menjadikan penyebaran informasi di dalamnya sangat cepat. Informasi tidak bisa dikontrol dan cenderung tidak memiliki kredibilitas untuk dijadikan sebagai sumber fakta. Media sosial milik personal lebih cocok jika digunakan untuk membagikan informasi dan membangun sebuah jejaring pertemanan.

Saat ini lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, media pers, perusahaan, lembaga non pemerintah, dan sebagainya telah menggunakan media sosial untuk memperluas informasi selain situs resmi yang dimiliki. Media sosial resmi milik lembaga atau perusahaan umumnya bercentang biru. Jika ingin gunakan media sosial jenis ini sebagai sumber pembelajaran, sebaiknya pastikan media sosial tersebut resmi milik lembaga atau perusahaan, untuk memperkuat validitas sumber pembelajaran, dapat ditunjang dari situs resmi lembaga atau perusahaan tersebut.

3. Aplikasi Belajar

Perkembangan teknologi informasi semakin masif, termasuk munculnya aplikasi-aplikasi yang memudahkan seseorang dalam belajar. Dilansir dari detikNET, berikut aplikasi belajar yang diambil dari Google Play Store berdasarkan rating tinggi dan ulasan penggunanya: Kipin School 4.0, MBO (Media Belajar Online), Zenius, Cerebrum, Brainly Indonesia, Ruanguru, dan NF Juara.

Bagi yang ingin mendalami bahasa, terdapat ragam aplikasi yang dapat digunakan. Tim tekno Suara.com merekomendasikan aplikasi untuk belajar bahasa: Memrise, Mondly, Tandem Language Exchange, Busuu, dan Duolingo.

Bagaimana jika ingin belajar musik? IDN Times merangkumnya sebagai berikut: AmpliTube (gitar), Piano Maestro, Violin Notes Flash Cards (biola), Drums!, Saxophone All-in-one, dan The Ukulele.

Banyak jenis aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan pastikan tidak menggunakannya berlebihan. Baca deskripsi, rating, dan ulasan dari pengguna lain sebelum mengunduh aplikasi.

B. Media Digital untuk Proses Pembelajaran

Kita mesti mengenal secara mendalam media digital yang akan digunakan agar penggunaan media digital sebagai proses pembelajaran berjalan baik. Media mana yang cocok dengan lingkungan belajar di dunia nyata, media mana yang bisa mengakomodir kebutuhan guru dan siswa, dan lainnya. Masalah-masalah informasi seperti hoaks dan jenis disinformasi lainnya juga harus menjadi sebuah pertimbangan untuk memilih platform yang akan digunakan sebagai media utama.

Hal penting lainnya adalah memilih platform yang tepat untuk pembelajaran jarak jauh. Pintek.id merekomendasikan lima produk e-learning terbaik dari berbagai platform 2020. Kelima produk tersebut antara lain. Google Classroom, LinkedIn Learning, Docebo, Articulate, dan Moodle.

Dirangkum dari https://pintek.id/blog/aplikasi-belajar-online/ bahwa terdapat tiga jenis platform e-learning, yaitu Learning Management System (LMS), Virtual Learning Environment (VLE), dan Learning Content Management System (LCMS).

LMS merupakan perangkat software yang biasa dipakai untuk mengelola menu pelatihan dan pembelajaran. Bahkan untuk beberapa kondisi, LMS juga digunakan sebagai laboratorium virtual. Pengiriman, pelacakan, dan pengawasan proses pembelajaran daring merupakan tiga fungsi dasar dari LMS. LMS memiliki tingkat keamanan akses dan privasi yang sangat baik. Untuk dapat mengakses kelas, admin atau dalam hal ini guru harus lebih dahulu memberi “izin” kepada siswa.

VLE merupakan salah satu platform e-learning yang sangat populer di kalangan perguruan tinggi dan lembaga pelatihan. Walaupun VLE memiliki banyak kerumitan pada proses pengembangan, namun pengguna akan puas dengan hasil dan user experience (UX) serta user interface (UI) platform yang satu ini. Fungsi dari VLE yang cukup menarik minat para pengguna baru adalah fitur pelacakan, berbagi, dan komunikasi yang sangat baik. Selain itu, teknologi VLE membuat kita bisa mengakses pembelajaran selama 24/7 secara daring. VLE juga dapat membantu admin (pengajar) untuk membuat dan mengatur tugas harian, penilaian, tes, pemantauan hasil belajar, diskusi untuk siswa.

Walaupun sering disebut mirip dengan platform LMS, tetapi LCMS cukup berbeda khususnya dalam hal fitur dan fungsi. LCMS merupakan platform e-learning yang menggabungkan fungsi untuk pembuatan, penerbitan, dan analisis konten dengan jangkauan multi-user. Pada LCMS dimungkinkan untuk bisa berkolaborasi dalam membuat konten atau mengerjakan proyek di sistem yang terpusat.

Selain dari sisi platform yang akan digunakan, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kurikulum untuk mengajar. Tak hanya itu, kini lembaga pendidikan juga harus siap dalam penyiapan infrastruktur untuk mendukung proses pendidikan melalui media digital ini.

Filed Under: